Minggu, 01 Juli 2012

Home » » Wayang Brtahan Turun-Temurun

Wayang Brtahan Turun-Temurun

Wayang mistis bertahan turun-temurun selama 300 tahun
Gamelan mulai ditabuh, pertanda pagelaran Wayang Gandrung dimulai. Dengan gendhing jejer (adegan yang mengawali pertunjukan wayang), Sang dalang menundukkan kepala membaca mantra kemudian mulai melantunkan sulukan, sulukan yang dilantunkan bernada sangat miring bahkan sliring (sliring dalam pemahaman nada tembang di Jawa berarti tidak sesuai dengan nada gamelan) seperti pada lantunan kidung Bali.

Dalang Mbah Kandar memainkan gunungan dengan menggerakkan ke kiri dan ke kanan kemudian ke tengah, gunungan ditancapkan persis di tengah gawangan.

Kemudian dikeluarkan sosok wayang bercat hitam, profil tubuh dan wajahnya mirip tokoh Semar, gerakan yang dilakukan dalam memainkan tokoh ini berakar pada pola gerakan ulat-ulat dan tancepan dalam sabet wayang kulit. Tokoh ini hanya dimainkan sebentar kemudian dimasukkan kembali ke dalam sarung. Cerita akan berubah-ubah sesuai wangsit.

Pagelaran seni Wayang Gandrung, sebenarnya mengajarkan manusia untuk memiliki rasa seni estetika dan etika serta mengandung ajaran moral. Dalam Wayang Gandrung tentunya banyak mengandung ajaran moral yang bisa diterapkan dalam kehidupan normal biasa.

Ajaran moral Wayang Gandrung bisa dikupas secara sederhana dari kata gandrung itu sendiri.Gandrung dalam bahasa Jawa berarti senang, cinta atau suka. Orang yang mengalami gandrung bisa saja seperti orang yang lupa akan hal lain kecuali satu hal yakni yang dicintainya. Hal yang dicintai itu bisa seseorang, sesuatu ataupun perilaku kehidupan yang baik di dunia ini.

Menurut Lamidi, ahli waris Wayang Gandrung, dalam perkembangannya untuk memberikan ajaran kepada anak cucunya, maka Ki Demang Raden Proyosono pertama memberikan sebutan "Gandrung" berarti suka atau cinta untuk berbuat kebaikan dan suka menolong sesama umat manusia atau sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Ungkapan senada juga disampaikan Mbah Kandar, menurutnya sesuai pemberian nama oleh Ki Demang Raden Proyosono, kata gandrung di sini berarti suka akan menolong orang lain yang mengalami musibah atau segala permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga Wayang Mbah Gandrung ini ada sebagai sarana untuk mengatasi segala kesulitan hidup.

Keberadaan Wayang Mbah Gandrung menjadi simbol atau ikon "Wayang Pangayoman", karena wayang tersebut memiliki kekuatan magis yang dapat memberikan pemecahan dalam kehidupan warga Desa Pagung dan sekitarnya. Sehingga Wayang Gandrung bisa bertahan secara turun temurun hingga lebih dari 300 tahun sampai saat ini.

Ajaran moral Mbah Gandrung ini sebagai bentuk penjabaran dalam kehidupan masyarakat dari ajaran agama yang dianut oleh penduduk Pagung dan sekitarnya, yakni agama Islam
Share this article :